Thursday, April 6, 2017

Semoga Tuhan Mendengar

Selesai masa pengobatanku, semua berjalan baik-baik saja, hingga beberapa minggu lalu kami juga tidak mengerti apa yang sebenarnya sudah terjadi. Keinginan dan harapan kami memiliki keturunan sedikit menipis. Entah apa yang sebenarnya salah padahal semua sudah dilakukan. Aku sungguh tidak tahu apa yang kurang.

 

Dalam kebingungan ini, aku berharap dia tidak bersedih. Jujur saja hati ini miris melihat dia yang setiap saat penuh harap akan hadirnya seorang anak di rumah. Waktu terus berjalan, seandainya saja umur kami berkebalikan, aku tidak akan sebegini menderita memikirkan kegundahan hatinya.

 

Aku tahu Tuhan mendengar dan tidak tidur, namun jika memang Ia berkenan, aku bersimpuh memohon dengan sangat agar dibukakan jalan terbaik bagi kami untuk memiliki keturunan dari rahim istriku sendiri secara normal. Ironis memang, ketika kami bahagia melihat keluarga kami, sahabat kami, yang dengan gembira mengumumkan kehamilan mereka, namun lebih jauh lagi di dalam hati kami, kami merasa sedih karena kami belum diberikan ijin oleh Dia.

 

Sering aku terbangun di tengah malam, lalu ku pandang wajahnya dan tersenyum melihatnya. Aku amat sangat ingin membahagiakan dia. Malahan aku sangat berharap suatu waktu nanti dia tidak perlu lelah bekerja lagi, dan memusatkan segala waktunya hanya untuk anak-anak kami. Tapi seketika itu juga aku tidak bisa menahan air mataku karena aku tidak tahu kapan itu akan terjadi. Entah sebentar lagi, masih beberapa tahun lagi, atau malah tidak pernah. Sungguh aku tidak bisa membayangkan bila memang ini tidak akan pernah terjadi.

 

Keyakinanku tidak pernah hilang. Aku masih tetap percaya Tuhan mendengarkan kami. Hanya saja, bila memang belum waktunya bagi kami untuk memiliki keturunan, kiranya Kau berikan kami modal yang baik untuk mempersiapkan semuanya, kesehatan, kesabaran, keteguhan iman dan hati, rasa saling mencintai dan saling percaya bahwa di atas segalanya, Tuhan-lah yang utama.

 

Aku juga berdoa, semoga dia mengerti. Dan tentunya mempererat hubungan kami sebagai suami istri yang tetap berpegang kepada iman kami.

 

Ah... mataku pun berkaca-kaca haru dan penuh harap saat ini...



No comments: