| Steven | Steve | TLoR | TLuR | egg | Stip | iPenk | n'Tip | n'Dut | Stepen | Stevie | Delano | Kodut | Kobaw | mBuL
Monday, December 26, 2011
Kota Terbaik untuk Natal
Setidaknya 3 dari 10 kota ini adalah target yang harus didatangi menjelang Natal.
http://travel.kompas.com/read/2011/12/26/11564096/Ini.Dia.10.Kota.Terbaik.untuk.Merayakan.Natal
Monday, December 19, 2011
Kondangan Senen Malem (2)
Maaf saya memang tidak akan menyebutkan namanya. Tapi memang dia selalu menarik perhatianku. Kencang hati ini berusaha mengabaikan... meyakinkan diri dan otak supaya tiada pernah terpikir olehku untuk mencoba kembali. Di kepalaku selalu kudengungkan: “Dia terlalu sempurna untukmu, Steven. Kau bahkan masih bersembunyi dibalik kekurangan keluargamu.”
Namun semakin keras kudengungkan, semakin liar pula hatiku berteriak: “Tau apa kamu tentang jodoh?? Kau lihat Yayah yang tiba-tiba takluk oleh pria yang mungkin bukan pilihan awalnya.”
Kemarin aku membaca beberapa artikel mengenai motivasi diri. Dan saya membaginya membagi dua tipe. Tipe yang pertama adalah motivasi yang bersifat menguatkan diri dan menantang diri sendiri supaya terpacu dalam kompetisi. Saya lupa sumbernya dari mana dan siapa. Namun yang pasti artikel ini memicu gairah saya supaya saya lebih berusaha untuk menggapai segala keinginan saya, termasuk masalah jodoh. Intinya, artikel ini mengajak pembacanya untuk tidak mudah menyerah, dan “memaksa” kita untuk lebih jeli dalam melihat kesempatan.
Tipe kedua, cukup menarik perhatian saya. Saya dapat dari majalah Infob*nk, yang notabene mestinya adalah majalah mengenai bank. Namun intermezzo nya cukup menarik. Penulisnya kebetulan salah satu favorit saya di radio S*nora, yaitu Pak Gd* Pr*ma. Beliau menulis mengenai bagaimana menghadapi masalah dan rintangan. Dan saya cukup terkejut dan terkesan mengenai pemikirannya untuk menghadapi masalah yang dihadapi. Sangat berlawanan dengan tipe 1. Dia mengajak kita untuk “berhenti melawan.” Sekilas saya tertarik dengan tagline itu, makanya saya habiskan artikel itu dengan cepat. Setelah kurenungi lebih dalam lagi. Ya... ada benarnya. Jujur semuanya adalah mengenai pencarian kedamaian hati. Menurutnya, hati yang melawan bisa berujung ketidakpuasan, kegelisahan, kecemasan, apapun itu... kita berada dalam bayang-bayang kekalahan, berkelut dalam awan gelap, dan terengah menggapai puncak. Jadi sebaiknya gimana? Biarkan semua mengalir. Bersyukur dan berterima kasih lah. Saat kau sudah dalam tahap itu, kedamaian hati akan datang dengan sendirinya. Berikut ini saya kutip sebait tulisannya: "Membandingkan, melawan, menendang. Itulah halangan terpenting bagi manusia yang gagal menemukan harta yang disembunyikan di dalam. Padahal, begitu perlawanan dihentikan oleh keikhlasan, kehidupan berubah wajah seperti simfoni."
Jadi kembali lagi.... masalahku saat ini adalah:
1. Aku ingin berjuang mendapatkan “kesempatan” itu sekali lagi (entah bagaimana caranya), namun aku sadar kondisiku saat ini tidak memungkinkan. Hubungan kami baik... malah baik sekali. Kami masih sering bertemu walau sekedar makan siang, dinner, atau ke gereja. Tapi beberapa kali aku membaca signal darinya yang seolah berkata: “untuk saat ini, kita cukup berteman baik yah.”
2. Aku ingin melupakan dia selama-lamanya (entah bagaimana caranya), tapi rasa itu sudah tertancap dalam di hatiku. Hingga bila kulepas cakarnya, dia terluka, perih, dan akhirnya membekas.
Entahlah apakah suatu saat nanti ratu itu bisa jadi ratuku. Aku ingat film “500 Days of Summer” yang bercerita mengenai seorang pria (Tom) yang cinta mati terhadap seorang wanita bernama Summer. Namun Summer ternyata tidak pernah berniat menjadikan hubungan mereka lebih spesial daripada seorang teman, walaupun mereka sudah berhubungan layaknya seorang pasangan. Hingga akhirnya Summer memutuskan meninggalkan Tom dan akhirnya menikah dengan seorang pria yang ditemuinya kemudian.
Dan yang paling mengesankan buat saya adalah ending scene-nya. Tom berniat memulai pekerjaannya kembali dan hendak interview di salah satu perusahaan. Manakala sedang menunggu panggilan, dia bertemu seorang wanita, yang ternyata juga menunggu giliran interview. Dan Tom mencoba mengajaknya ngobrol. Sesaat setelah Tom dipanggil dan hendak masuk ruangan interview, sekilas Tom berpikir... dan tiba-tiba mengajak si wanita itu minum kopi setelah interview. Ya memang... penolakan itu sudah diduga. Tapi tanpa sesal, Tom melangkah maju. Namun kurang dari sepuluh detik, wanita itu merubah pikirannya dan meng-iya-kan ajakannya. Dan nama wanita itu, Autumn. Jadi... siapa yang tau kan? Jodoh mungkin datang bukan saat kita inginkan atau butuhkan. Namun aku masih menaruh percaya... semua pasti indah pada waktunya.
Jadi apa yang kupikirkan dari semua ini? Tidak... aku tidak ingin memikirkannya lagi. Bila Tuhan berkenan, aku mohon:
1. Bila memang kami berjodoh, mohon bukakan hatinya sekali lagi saja... Saya tidak akan menyiakan kesempatan ini lagi.
2. Bila memang bukan, mohon buang semua perasaan ini, supaya tidak ada lagi kepura-puraan dan sakit hati.
Aku berhenti melawan... aku serahkan pada-Mu, Tuhan. Siapapun dia nantinya di sisiku, itu yang terbaik dari-Mu. Aku hanya bersyukur Kau masih sangat baik pada-Ku hingga hari ini. Nasibku masih jauh lebih beruntung dari para pengamen jalanan, pengemis di perempatan, anak terlantar, dan lain-lain.
Hai Ratu... manakala engkau lelah dengan ego-mu... ingatlah aku... yang tak pernah letih menjumpaimu... walau hanya dalam mimpi.
Kondangan Senen Malem (1)
Satu per satu, BebsGaul mulai melepas masa lajang. Dimulai dari Gouw, sekarang Yayah. Sebentar lagi Joko. Tinggal lima anggota lagi yang masih jomblo. Hahaha... Iri?? Hmmm ada sih sedikit. Tapi kalo saya pribadi lebih ke arah geregetan aja. Hehehe...
Saya inget mungkin sekitar setahun lebih yang lalu, Yayah masih jomblo. Lalu dia sempet bilang klo dapet nanti mao cepet kawin aja. Dan saya rasa dia bener-bener meyakinkan dirinya untuk itu. Saya juga yakin doa-doa yang dilantunkannya kepada Yang Kuasa cukup kuat mengenai hal itu. Yah saya bukan sok yakin, tapi pasti permohonan itu sih pasti ada dalam doanya. Dan memang saya rasa berkah dari Tuhan, suatu waktu dia cerita kalau dia sedang dilema untuk memilih pria. Lihat saja... apakah itu bukan namanya berkah? Bagi saya, bisa mendapat satu saja sudah berkah. Yayah bisa dapet dua pilihan.
Lucunya, awalnya memang berat ke si pria A, karena menurutnya lebih bisa dia terima secara kriteria. Namun yang namanya jodoh... orang pun gak akan pernah nyangka. Kalau ternyata si pria B (Jaya) yang berhasil merebut hatinya. Dan memang benar ternyata, dia gak pacaran lama-lama. Hingga akhirnya malam ini mereka setuju untuk menikah. Doaku untukmu selalu, sahabat. Senang rasanya melihat sahabat-sahabatku berbahagia. Jujur saya senang...
Sekali lagi... selamat kawin, Yayah and Jaya!! Semoga bahagia selalu....
Wednesday, November 23, 2011
Makassar Trip
Tuesday, November 8, 2011
He did it
Yes… that’s my bro, Christophorus Rio Delano, S.ST Par
Akhirnya setelah 4 tahun, Rio lulus dengan predikat cumlaude. Gile… predikat itu sebetulnya yang gue incer waktu kuliah, tapi apa daya memang otak gue belum semampu itu. Apa gue minder? Gak sama sekali. Sebaliknya, gue bangga sama adik gue.
Akhirnya gue baru ngerasain rasa puas yang teramat sangat. Puas bercampur bangga, haru, senang, dan lega. Dan gue yakin ini juga yang dialami sama bonyok gue waktu mereka ngebiayain gue sekolah dengan susah payah. Lega juga karena setidaknya lepas sudah satu “tanggung jawab” gue. Catet yah: “Tanggung Jawab”, bukan “beban”. Anggep aja ini cuma siklus peralihan tanggung jawab dari orang tua ke anak sulung, dan gue sepenuh hati kok.
Ivonne (pacarnya Rio) pun juga lulus cumlaude. Kalaupun suatu saat nanti mereka jodoh dan menikah, gue yakin anaknya pintar. Dan semoga mereka bertahan, karna Ivonne juga anak yang baik.
Tinggal satu lagi, Lia. Tenang aja, sis… sampe kelar kuliah kao tenang2 aja yah. Saya siap tempur. Saya tahu kemampuan akademik kao segimana. Jangan dipaksakan!! Enjoy aja dan give the best. Kalau sudah jalan Tuhan, yah pasti dibukain lah pintunya. Saya tunggu tahun depan, yah, Natalia Defta Delano, S.E
Saturday, October 15, 2011
Saat "Batu" Beradu "Batu"
Friday, September 30, 2011
Rinduku untuk Kakek-Nenekku
Monday, September 12, 2011
bodoh
Wednesday, August 31, 2011
Karena untuk sekali lagi aku meragu
Sedari awal, aku tidak peduli blog ini sifatnya published atau bukan. Dan aku juga tau ada beberapa orang yang bahkan tidak pernah kuberi tahu mengenai keberadaan blog ini pun pernah membacanya. Malah ada beberapa orang yang tidak kukenal, ternyata mengenalnya melalui adikku. Sejujurnya aku tidak pernah berusaha untuk “meng-eksis-kan” diriku, namun semua catatan ini ingin kujadikan kenangan dan tolok ukur pencapaian hidupku. Tak peduli siapa yang tahu, melihat, membaca, atau bahkan mengomentarinya, aku akan tetap menulis.
Entah kenapa judul ini kembali tertulis dalam ingatanku. Aku tahu… kamu tahu… apa yang pernah aku alami dan aku rasakan akan seseorang yang dulu pernah sangat “mengisi” dalam hidupku. Seperti yang pernah kuutarakan, kalau sesungguhnya aku sedang berusaha membuat segunung tanah untuk mengubur, membangun tembok setinggi langit supaya tidak dapat lagi kulihat sinar apa yang pernah mencerahkan hatiku.
Memang terdengar tolol, sebagai seorang pria seharusnya aku bisa dengan mudah melupakan sesuatu. Dan memang pada kenyataannya aku tidak sulit untuk bersikap lebih cuek dan tidak peduli. Namun, untuk kasus yang satu ini adalah pengecualian. Aku tidak pernah membayangkan siapa yang Tuhan berikan untukku untuk melengkapi hidupku nantinya. Yang pasti setiap kali aku memikirkan itu, semua tertuju padanya. Dan hanya dia seorang. Walaupun pernah beberapa kali aku bisa saja mengakhiri semua penderitaan ini, namun hatiku tetap bergeming. Aku tahu rasanya memang sakit untuk menyangkal diri ini sendiri. Memang sakit mengetahui kalau dia lebih dekat dengan pria lain. Memang sakit rasanya mengetahui kalau dia pun sudah tidak akan pernah sedikitpun terpikir tentangku. (untuk yang terakhir ini hanya dugaan, aku pun tak pernah tahu isi pikirannya selama ini). Manakala kami berkumpul dengan yang lainnya, aku tidak henti meneriakkan hatiku untuk memadamkan api yang muncul, bahkan tidak untuk sepercik api pun. Yah… memang benar… SANGAT TIDAK MUDAH!!! Dan buruknya, seperti yang pernah kuberitahukan sebelumnya, aku semakin curiga dengan semua orang di dekatku yang dekat dengannya juga. Namun, aku tidak akan pernah mencaritahu.
Walaupun kami jarang berkomunikasi intens dan sering, kami sempat bertemu berdua walau sekedar untuk makan siang atau bertemu saja. Dan… dia tidak pernah berubah, tetap hangat, ceria dan semua seperti tidak pernah ada sedikit pun hal bodoh atau menyakitkan yang pernah kubuat yang mengganjal di hatinya. Dia bersikap dewasa dan bersahabat. Dan tentunya dia tidak lupa. Dia tetap menanyakan kabarku dan perkembangan terakhirku.
Sejujurnya pikiranku lelah bertarung dengan hatiku. Belakangan ini aku seringkali terbangun di malam hari dengan berbagai pikiran yang mengganggu, dari masalah keluargaku hingga pribadiku. Salah satunya tentu mengenai “dirinya.”
Di satu sisi, hatiku sangat berharap agar dia bisa sedikit saja membukakan pintu untukku dan memberikan kesempatan sekali lagi. Bahkan bila memang Tuhan berkenan, aku memohon supaya aku memiliki waktu berdua dengannya, dan aku ingin dia menuangkan semua yang ada di hatinya selama ini, agar aku tahu dan tidak bertanya-tanya.
Di sisi lain, aku selalu berkeras agar aku bisa mati rasa. Namun setiap saat kucoba, dia semakin tergambar jelas di kepalaku. Aku benar-benar tersihir. Dan jangan kaget, saya tidak melebih-lebihkan. Saya pernah membentur-benturkan kepala ini supaya yang ada hanya rasa sakit dan tidak ada tertinggal sedikit pun kenangan indah.
Setelah liburan dua hari belakangan ini, sekali lagi aku meragu… rasa itu masih ada… masih kuat…
Tuesday, August 30, 2011
Libur Lebaran
Seminggu terakhir ini adalah libur lebaran yang cukup panjang. Yah setidaknya ini liburan lebaran terpanjangku setelah lulus kuliah. Di perusahaan sebelumnya aku selalu memanfaatkan untuk tetap masuk kantor karena dari sisi kesibukan akan sedikit mengendur, dan tekanan jauh berkurang. Dan sekarang, “mau tak mau” aku harus ikut cuti bersama.
Untuk mengisi waktu libur panjang tersebut, saya memang sudah lama ingin “membukit”, dan Lembang-lah memang tujuan yang dari dulu kami incar. Oh ya… “kami”… seperti biasa, teman-teman terbaikku lah yang pasti ada untuk mengisi hari-hariku. Joko, Bendot, Pipi, Chichi, dan Romo. Memang terasa sangat kurang karena tidak ada Yayah dan Gouw. Yah memang singkat. Hanya semalam kami bersenang-senang. Namun kami masih sering berkumpul, jadi bukan masalah besar.
Sebetulnya aku ingin menikmati hari-hariku bersama mereka lebih lama. Yah walau memang aku juga ingin sekali menghabiskan waktu dengan keluargaku, terutama orang tuaku. Entah kenapa aku merasa aku akan “berpetualang” lagi di masa-masa mendatang. Beberapa tawaran memang datang dari luar negeri, dan yang terakhir paling anyar adalah salah satu perusahaan research worldwide (N**LS*N) yang menawariku posisi Manager untuk Quantitative Research Manager. Namun sepertinya tidak akan menemui kata sepakat soal gaji. Setelah kuhitung dengan mempertimbangkan segala aspek, sepertinya memang perlu dipikirkan lebih lanjut. Aku hanya berdoa supaya penawaran yang datang, benar-benar cocok dan memberikan angka yang setimpal.
Dan untuk alasan di atas, aku memang benar-benar serius untuk menggapainya. Oleh karena itu, hari demi hari aku mencoba berusaha menikmati setiap kesempatan bersama orang-orang yang kucintai, keluargaku, dan teman-temanku.
Jadi… selama libur ini, aku ingin menikmati semuanya bersama orang-orang terdekatku yang kusayang.
Saturday, August 13, 2011
kosong
Kosong... Hampa...
Baru ngerasain sampe yang begininya nih gue. Kok perasaan weekend gue sekarang banyak dipake sama kesibukan gak jelas. Sepertinya perlu lebih banyak bersosialisasi lagi. Sedikit demi sedikit gue merasa kehilangan moment masa muda gue. Seharusnya lebih banyak waktu luang untuk diri gue sendiri untuk bisa lebih berteman lagi. Kurang egois tampaknya.
Belakangan gue selalu diliputi kecurigaan, feels that something hidden from me. Dan entah kenapa rasa curiga itu makin besar. Entah kenapa gue ngerasa orang-orang di sekitar gue, bahkan teman-teman terdekat gue menyimpan sesuatu yang menurut gue adalah sesuatu yang cukup besar. I don’t know why I’ve been feeling about this since few months back. Things have just been very mysterious all the time. And I have a bad feeling that if I ever had a chance to know it someday, this would be very painful.
Semoga cuma firasat gue aja yang salah ya…
Saturday, August 6, 2011
Semoga bukan apa-apa
Saturday, July 30, 2011
Pengadilan Massa
Sunday, July 24, 2011
duh malesnya
Friday, July 22, 2011
Good for her (and for me too)
Wednesday, June 29, 2011
Losing Trust
It’s getting tougher for me day after day. I seems losing my trust to anyone, my friends, my family, myself, even God. Problems come over and over again. I’m getting very sensitive with what happens around, jealous with others’ success and growth, most part of myself prefer to step away from society, I lost my confidence. I pretend that I enjoy my current life, in fact, not at all.
Every day, I always try to find new job which really suits me and of course higher and higher payment. That’s true if I’m taking this job to get myself closer to my family, friends, etc. However, I don’t do it well. Financially, it’s getting tougher. All that loans for my bro and sis tuition fee are really make me crazy.
Even once, at one midnight, when everybody already went to bed, I found myself in front of my house really exhausted, sad, feeling down, yet, I couldn’t cry. I asked God why I can’t have lighter burden, smaller responsibility, or easier life. How can you give me all these trials? Why am I the one who should deal with it? Sounds weepy I guess, but why me? I even blamed my family for this.
My dad, who can’t throw away his ego to have a job or anything that can help me to earn a better living and fulfill this family’s needs.
My mom who totally-depended on me.
My sis, who can’t independently find another source of living, and still narrow-minded. But, I'm sure she's already thinking about this and trying to figure the way out.
Only my bro who knows how important to collect every single penny to fulfill his needs.
I’m sorry, but I have to tell the truth. Even I had a stupid thought to end my life soon. I was thinking that if I die tonight, my family will get money from my insurance. They can use it to continue life.
Oh God… I’m sorry… but it happened.
When deciding to take this loan, I first try to call few persons that might help me. I was once thinking to ask my friends about this. However, I don’t want to sacrifice my friendship with them. Hence, I asked to my uncle that I believed he has the capability for this. I told him that I’m honest about my salary now and willing to pay the debt in credit basis. I’ll arrange the auto-debit process to his account every month. But, as I guessed before, he said he didn’t have any money. But, days after, a new fancy car came to his garage.
God, where were You? I really need the money. I have any savings no more. It’s all for my family. Will You hear me here? I’m yelling, I’m begging, I’m kneeling down.
And finally I took the worst choice; I took a personal loan from a bank. And believe me that was very-very tough. I kept my promise, though. If I had to take a loan, then I would not ask it from my friends. I don’t want to screw my relationship. That costs very high, that’s priceless.
I force myself to keep believing that things will find their way. I keep believing that God will show me the way and take me higher, but I always found a big wall in front of me. I’m in a very bad situation. When I look to myself and think what is going on with me, I always hate myself. I fully regret not to do something good earlier. I’ve been enjoying myself too much. I should be the one who persuade my environment, not the one who get carried by the environment.
I’ve been attending 2-3 morning mass at St. Helena church in the past 2 months. I took the confession as well in May. I got few to tell about my sins. Most of all, I shared everything I feel this time. I’m down, lack of courage, lack of confidence, lack of faith.
I need to run away. I need to be alone. I need help.
In this kind of moment, I really need someone who can listen to me. I just realized, I really need a girlfriend. I can't easily share something like this. But, thinking of finding the right one for me would just worsen, wouldn't it? I don't know what to do now. I'm very sick of it.
Sunday, June 26, 2011
What is Love? (Platonic Love)
Before we get into the story of Plato and Socrates who talked about “love”, about two weeks ago, there was my friend’s wedding.
At Sunday, June 12, was Indah and Boris’ wedding ceremony. And again, I was helping them the whole day. Hehehe… Tired, of course, but happy to meet many friends from my previous company. Even though it has only been 3 months, but I admit that I miss them so much.
Plato and Socrates
================
There was a moment in the mess where the priest told story about Plato and Socrates. Below is the complete story, I’ve googled and find the right version (the priest’s version was a bit different, but still caught my attention). So, here it is....
------------------------------------------------------------
One day, Plato asked Socrates: "What is love?"
Socrates said: "I ask you to pick a strain of the largest and most golden grain through this piece of rice paddies, but there is a rule that you can’t go back and you can pick only one."
So Plato began to do this. After long time, he came back with nothing.
Socrates asked him why he came back with empty-hand.
Plato said: When I walked in the field, I had seen a few strains with particularly big grain, but I always thought there would be a bigger and better one in front, so that I didn’t pick them up; But I found that the grain I saw is not as good as the last one, and finally I picked nothing.
Then Socrates meaningfully said: "This is love."
Another day, Plato asked Socrates: "What is a marriage?"
Socrates said:" I ask you to cut down a tree which is the strongest and thickest through the forest, but there is a rule that you can't go back and you can pick only one."
So Plato began to do this. After long time, he came back with a tree which is not as strongest as thought.
Socrates asked him why he cut this tree.
Plato said: when I walked through the forest, I saw a few good trees, and this time, I learned the lesson of grain and saw this tree still good, so that I just choose it for I'm afraid I miss the chance though it is not the best.
At this moment, Socrates said:" This is the marriage."
On another occasion, Plato asked Socrates:"What is happiness?"
Socrates said:" I ask you to across the field and pick a flowers which is the most beautiful, but there is a rule that you can't go back and you can pick only one."
So Plato began to do this. After long time, he came back and held the most beautiful flower.
Socrates asked him:"Is this the most beautiful flower?"
Plato said:"When I crossed the field, I saw this beautiful flower and I picked it up and recognizing that it is the most beautiful one, while I saw many other beautiful flowers later, but I still insist on this one is the most beautiful one so I took it back."
At this moment, Socrates said:"This is happiness."
Plato, one day asked Socrates:"What is affair?"
Socrates asked him to walk through the forest again without any rule and can walk back to choose the most beautiful flowers on his way.
Plato went out with confidence, after two hours, he took a gorgeous flower but slightly off,
Socrates asked him:"Is this the most beautiful flower?"
"I have been looking for two hours, and found this flower is the most beautiful, but it is wither down gradually during I came back" said Plato.
"That's an affair."
And one day he asked Socrates again:"What is life?"
Socrates asked him to walk through the forest without any rule and can walk back and forth to choose the most beautiful flowers on his way.
Plato had previous lessons and went out full of confidence
After three days, he still didn't come back.
Socrates had to go into the forest and find him, finally he found Plato has already lived in the forest.
Socrates asked him:"Have you found the most beautiful flower?"
Plato pointed to the flower beside and said:"This is the most beautiful flower."
Socrates asked:"Why doesn’t bring out?"
Plato answered:"If I take it off, it will wither quickly. Even if I don't pick it up, it also will wither sooner or later. So I just live beside this flower when it blooms, and find the second beautiful flower when it withered. This is my second flower which I found here."
At this moment, Socrates told him:" You know the truth of life".
------------------------------------------------------------
So there’s the story. It definitely made me realize that I should not be picky anymore. Once you think, you’re in the right way of having someone special in your life, do not think of any way or any possibilities that might come to you ahead, because love is not about possibility to have the right and/or most beautiful one, but to be ready to take everything with her/him with you for the rest of my life.
But, notice that, if I choose the one someday, that’s not because I desperate of having no options or am afraid that I would not get any single flower, but I learned from this story. Hehehe…
Friday, June 24, 2011
A little bit more
Well… like other amateur and undedicated bloggers, I do not consistently update and write in my blog. As I told in my first blog (back in 2008), I am not trying to be a pro blogger. This is not completely for sharing; it’s just my heart who’d like to tell and my fingers who’d like to type.
I surely have some topics in my head now and would like to share. Maybe first thing to write is about my brother who came back from Bali by end of May.
I guess he learned a lot from his training, and I always pray for him to have a great career in the future. I want him to learn from my experience. While you’re still very young, grab all the chance!!! That’s what I missed in my early career. However, it’s not a big regret though. I’m still grateful for what happen to me now.
I’m a bit relieved now as he is now having a job to complete his internship credits. So, he’s doing administrative thingy. And the good thing is he is paid. Though it’s quite low, I think that is also an advantage for him because he holds no title yet. Thank God for this.
In the beginning of April, in my early days in this new company, I feel a bit un-satisfied on what I’ve got. I think I deserve more. I never feel satisfied, until one time I happened to know the detail what everyone gets here. At that time, God opened my eyes, that we all have our own share. And my share is not bad. It’s fine. Now, it’s all about escalating myself into the highest level.
After 4 years, struggling with all of these, I’m about the end of my first responsibility as an eldest son: to support my bro and sis college fee. The following are to take care and being responsible for the whole family, and of course my family later.