Friday, March 12, 2010

Luka yang Takkan Pernah Hilang

Pernah denger cerita mengenai seorang ayah yang mengajarkan anaknya apabila ia sedang kesal atau marah, ia disuruh memaku sebatang kayu??? Cerita ini familiar sekali di dunia per-milis-an. Kisah ini mengingatkan saya manakala sifat temperamen yang saya miliki ini akhirnya menjadi "lubang" di kayu itu untuk orang-orang yang saya sayangi.

PAPA: Saya pernah membuat Papa, mungkin menangis, yang pasti dia sedih mendengar saya melawan semua perkataannya dengan cara yang temperamen dan tidak menghormati sama sekali. Saya agak lupa kapan, yang pasti ini terjadi beberapa kali, dan saya yakin dia sangat kecewa melihat putera sulungnya merasa sudah bisa lebih pintar, lebih bisa mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri, dan hampir selalu tidak mendengar pendapatnya lagi.
- Saya menyesal sudah menancapkan "paku" ke Papa

MAMA: Sama dengan halnya sifatku ke Papa, aku juga cenderung temperamen menghadapi setiap orang. Walau memang aku pasti sedikit lebih lembut terhadap Mama. Hanya saja, aku sering terlalu menceramahi, mengatur, dan tidak menghormati dia, yang bersusah payah mengandung dan melahirkanku dengan normal 26 tahun yang lalu. Pernah memang aku terlalu keras dan membuat hatinya (mungkin) merasa bahwa anaknya sudah sulit untuk diberitahu lagi.
- Saya menyesal sudah menancapkan "paku" ke Mama

RIO: Perilaku sebagai seorang kakak yang sangat umum adalah, bahwa dia selalu merasa superior dibandingkan adik-adiknya. Pernah suatu kala, di saat kami masih sekolah dulu, saya merasa kesal dan amat marah terhadap dia. Hingga akhirnya saya bertindak di luar batas. Saya menendang tas dia, di mana di dalamnya terdapat kotak bekal makanan dia. Apa yang terjadi? Kotak bekal itu pecah. Dia memang tidak menangis, tapi sedikit kecewa dan menyayangkan perbuatanku. Sampai sekarang pun saya masih ingat ekspresi wajahnya yang cenderung kecewa tapi merelakan yang sudah terjadi. Sayapun saat itu merasa balik terpukul oleh situasi. Sungguh memalukan perbuatan bodoh itu. Bahkan Rio saja bisa lebih "legawa."
- Saya menyesal sudah menancapkan "paku" ke Rio

LIA: Saya tahu, di antara keluarga saya, memang saya tergolong salah satu yang cukup pandai, begitu juga Rio. Memang Lia agak sedikit lemah dibandingkan kami berdua dalam hal pelajaran. Dia pun hanya masuk jurusan IPS saat SMA. Suatu saat, kami sedang berdiskusi masalah sekolah, pelajaran dan lain-lainnya. Dan sedikit mengomentari beberapa hal mengenai cara berpikir dan daya tangkap Lia. Sekali lagi, sifat saya yang temperamen dan terkesan menyamaratakan kemampuan orang dengan kemampuan yang saya miliki, memakan korban lagi. Ditambah dengan kata-kata yang kasar dan merendahkan, saya membuat Lia menangis dan akhirnya merasa "down" karena tidak bisa menerima kata-kata saya. Akhirnya dia menangis dan tentu saja saya yakin sekali, dia merasa tersakiti karena dia dianggap "tidak bisa." Saya baru menyadari itu beberapa saat setelahnya. Sungguh perbuatan bodoh dan sombong. Saya seharusnya mendukung dan membesarkan hati dia.
- Saya menyesal sudah menancapkan "paku" ke Lia

Entah berapa banyak paku yang sudah saya tancapkan ke orang-orang yang saya sayangi. Tapi saya menangis saat melihat papan kayu itu penuh dengan lubang hasil "pekerjaan" saya. Seringkali saya berpikir, kalau saya tidak akan ada di sini, berdiri tegak tanpa keberadaan dan peran mereka.

Saya sadar, saya tidak akan bisa sekolah setinggi ini tanpa perjuangan yang tak kenal lelah dari Papa dan Mama. Saya sadar tidak ada motivasi lain yang lebih besar selain menyekolahkan adik-adik saya ke jenjang yang tinggi, bahkan kalau bisa jauh lebih tinggi dan lebih baik dari saya.
Semoga sedikit penebusan ini bisa menutupi, paling tidak, bisa sedikit menyamarkan "luka" yang sudah saya buat kepada kalian. Selebihnya, saya sedang berusaha. Biar pada saatnya tiba nanti, ini akan jadi hadiah terhebat untuk kalian... Doakan!!!

Monday, March 8, 2010

Akhirnya Terkapar

Hmm... cape, meriang, semaleman menggigil, tulang pada sakit. Parah deh pokonya. Mungkin ini gara-gara ngatain orang terus ya gue. Kemarin2 sih gue fine2 aja. eh sekarang jadi kena batunya.

Project gue lagi banyak2nya, dan butuh banyak konsentrasi. And then dateng lagi tuh project yang notabene dah gak mungkin g pegang lagi deh. tangan gue dah penuh semua. Malah sebenernya pasti bakal berimbas ke semua project yg gue handle, takutnya gak maksimal.

But... jatohnya ke gue juga. Let's say, it's project B. I am helped by my colleague, he is my senior. I don't know why my boss "still" asked me to manage it, whereas he was not in a tight schedule. Tapi gue cuma "disarankan" untuk mengawasi dan supervise saja... Nevertheless, I knew this is gonna be a mess. And of course, I'm the one who would get the shit. But, what could I do?? It was a request.

Last 2 week, I was supposed to be focusing on my other big project (project A). It was red-coded already. However, when I received the report from my colleague about this project B, oh I'm in a deep shit. It was not as well-prepared as I thought. This is totally MESS. I can't understand, what he did. He had a lot of time, well at least more spare time than I had. All he did is just doing SALES, SALES, and SALES (he said). Every time I gave queries, it wasn't answered well. Totally, dissatisfying. On the last 2 important days when I was about to send the report, he disappeared. MC for 2 days. F*** So I just cursed, cursed, and cursed him.

Well after that, I feel I'm a way too much, far too much. And God punish me with this.
All my bones are pain. I got horrible fever, and was shivering all night.
Now, it's time to recover.

Tuesday, March 2, 2010

Fun, Wild, and Meaningful...

Last week, from Thu to Sat, I went to Citarik, Sukabumi, with Spire for rafting and outbound. So much fun, freedom, wild, togetherness, and many things. Since in college, this was my first time to go wild and nature again. It was just like old time, only with different "family".

For me personally, the activities were great, very conceptual, meaningful, and well-packaged. I enjoyed every games and moments. Too bad, we were not in a complete group. Agus, Adit, Christin, Indah, Yudhis, Eka and Bu Noni weren't there. See the picture below. So much fun...


At the last day and last session, we had a little internal evaluation and sharing. For once, I felt like I was in a BPS with HIMTI, hahaha.... but without tears and long speech. We were to write down each and everyone's plus and minus points on a paper. Just shared our thoughts about others that we've known and let us know about ourselves in others' view and judgment.

And finally, regardless all the plus points they wrote down, what surprised me was in the negative sides. All answers were about my bad temper, mood, and I easily get angry. Well, when I showed the paper to my mom, she agreed with it. She told me how I get anger easily and sometimes hurt someone's heart. She said I could look like a scariest devil ever. Here is the paper:


Wow... I got "hit". I don't have any argument. I know sometimes this emotion, passion, and my stubborn characteristic are good, but mostly this will destroy me if I can't control it. Well, I have to admit that, this has made me think and bothered my sleep at night. I've been trying to figure out how to control it.

Well, thanks guys for letting me know about this. This could be a good resolution in this holy month.