Monday, April 16, 2012

happy birthday to me


The only thing that I missed in this year’s birthday’s eve is... praying at 00:00AM. Was very tired… sorry.

For me, again, birthday is just a normal day, just like the other day. Things that are different is when you wake up in the morning and you got your phone got blasted with birthday greetings, because using messenger is more convenient nowadays.

However, though it’s just a little… I’m happy to say that I’m grateful for all things I have right now. Dissatisfaction is normal, but I can control it, and give more thanks to God for He has given me many things during 28 years of my life. As usual, lots of food in the pantry this morning. That shows how great my Lord is, on the other hand, that shows how grateful we are to celebrate and respect life itself. I’m happy if this can strengthen our family.


Birthday gift?

Only from my lovely Brother and Sister. They gave me wallet. Thanks guys!!!

But above all… big love from my family and friends is everything.


Wishes??

Hmmm… some usual wishes:

“I wish for a great career”
“I wish for health and wealth"
“I wish for a girlfriend and get married with her soon”
“I wish for bla bla bla bla….”

I think those are very common. But, beside those things…
I wish for happiness, steadiness inside my heart and my mind.
A peaceful mind and heart.
Away from hates and anger, away from vengeance and envy.

Ability to see things prudently, act maturely, and decide wisely.
Ability to see what can’t be seen, and feel what can’t be felt.


Thanks to…

My parents for always there when I need
My brother and sister for the gift and your will and persistence to fight for your study
My special bebsgaul friend for keeping this friendship is like forever
My old mates in my previous company
My office mate for the chocolate cake and last weekend’s escape in Lembang
All friends, colleagues, and relatives that I can mention one by one
And of course…. JESUS CHRIST and MOTHER MARY for always listening to my prayers

Friday, April 13, 2012

dan (bila) ketika ku tau

Sungguh ku tak berani
Menegurmu ku tak berani
Memanggilmu ku tak berani
Gentar ku tak sampai hati

Manakala kutau kau di sana
T'lah berlabuh di dermaga
Dermaga si pengelana
Musnah sudah semua asa

Bohong bila ku sudi
Menerima semua perih ini
Hanya bisa kutangisi
Takkan kuampuni diri

Tuhan, adakah kiranya
Mujizat buatku yang nyata
Maaf ku s'lalu bertanya
Kar'na aku orang biasa

Monday, April 2, 2012

happy birthday to you

Well... I feel like I don't deserve to say this directly because sometimes I still expect what seems impossible from you. Moreover, I've never given something special to you. So pity...

However... happy birthday to you. I'm wishing you nothing but the best. I know it would hurt me... but truly if that guy weren't myself, I hope he'd be the best for you.

Sunday, April 1, 2012

Maaf... aku sedang ingin menulis

Hehe... tadi mengenai Papa. Sekarang saya cuma ingin curhat aja. Karna saya tidak punya teman curhat lagi. Hmmmm mulai dari apa ya...

Cukup menyesal

Nah ini kira-kira tentang apa ya...
Yak.... tentu saja. Pekerjaan dan karir. Keputusan saya untuk keluar dari perusahaan saya yang lama agak sedikit menyisakan penyesalan. Seperti yang saya duga sejak awal, saya tidak mendapat value-added dari pekerjaan ini. Komitmen, tanggung jawab sudah diberikan. Tapi ternyata segala yang terjadi setahun terakhir, menjadi alasan utama bagi saya untuk segera keluar dari tempat ini.
1. Atasan yang pintar bukan main, tapi semena-mena dan heartless. His logic plays dominantly against his feeling. We know who...
2. Management yang pandai berpolitik. Politik memang biasa, tapi buat saya ini menjijikan.
3. Supervisor yang hmm.... baik tp lack of fighting spirit. I need more than just a supervisor, I need good leader as well as friend.
4. Negative influence from colleagues.
5. Sacrifice more, gain less.... Kompensasi-nya sangat tidak memuaskan.

So... tinggal tunggu waktu deh.



Hampir Lunas

Yah kalo ngomongin "lunas" yah sudah pasti berhubungan dengan "utang."
Saya gak malu kok untuk bilang saya punya utang. Namun setiap ngutang, saya pasti bertekad melunasi-nya. Selama apa pun itu. Kalau boleh dirunut ke belakang, untuk apa saya berhutang? Kalah judi? Kebanyakan pake kartu kredit? Pinjam duit sama rentenir? Tidak satupun dari itu semua. Sepenuhnya untuk "keluargaku." Mulai dari: biaya kuliah rio, biaya kuliah lia, uang jajan dan transport mereka, bayar iuran listrik, air, iuran wajib keamanan, belanja kebutuhan bulanan, dan biaya-biaya tak terduga lainnya.

Lalu apakah saya menyesal/terpaksa? Tidak... Apalagi kalau sampai ada yang bilang bahwa saya bersembunyi dibalik keluarga saya... Itu tidak sama sekali. Ini bukan alibi kok. Ini yang terjadi.

Sepenuhnya saya ingin berterima kasih kepada kreditur yang notabene adalah orang-orang terdekat saya sejak dulu. Maaf saya menyamarkan nama mereka yah dengan inisial:
EW >>> Sejak kuliah selalu membantu saya. Maaf, butuh 10thn melunasinya yah.
JB >>> Maaf, butuh 3thn untuk melunasinya yah.
KK >>> Maaf, butuh 5thn untuk melunasinya yah.
SL >>> Maaf, butuh 2thn untuk melunasinya yah.

Dan semua tinggal sediikkiitttt lagi. Pelan tapi pasti!!! saya bersyukur bisa melewati ini semua. Ternyata memang benar... Saya tidak butuh kalkulator. Tuhan yang akan dengan senang hati membantu saya untuk menghitungnya. Karna hitungan-Nya jauh lebih akurat.


Tak bisa ke lain hati

Hehehe... galau lagi deh. yah abis begimana... saya gak punya temen curhat lagi sejak pindah ke karawaci. Saya belum bisa dengan mudah curhat ini itu.

Salah satu plan saya tahun ini adalah mengakhiri kehidupan jomblo saya yang sudah berlangsung 12 tahun. Tapi memang gak ngebet-ngebet amat sih.

Beberapa kali saya coba probing dengan beberapa wanita, selalu gagal. Gagal-nya ini dalam banyak arti. Satu, saya ditolak karna "kurang menarik." Dua, saya "kurang berduit". Dan yang ketiga ini lebih dari saya sendiri, gak dapet "click" nya.

Hahahaha.... yg ketiga emang klise yah. dan cukup standard buat saya. Apa saya menyerah?? Tidak!!! Minder?? Apalagiiiiii!!!!

Tapi dari apa yang saya alami selama ini, jujur saja... sulit melupakan seseorang. Saya rasa gak perlu dikatakan disini. yang pasti dia berhasil menancapkan paku yang cukup dalam di hati dan pikiran saya. Alhasil... saya sulit untuk pindah ke lain hati.

Good luck, Dad!!!

Apakah judul di atas terdengar seperti 'perpisahan'?
Hmm... ga juga sih sebetulnya. Sekitar 2-3 minggu lalu, Papa memutuskan untuk "bersedia" bekerja untuk orang lain. Yah memang masih ada hubungan keluarga juga. Tapi yang terpenting adalah kemauan dia yang cukup kuat untuk kembali bekerja.

Mungkin dia juga sudah cukup merasa jenuh karena terlalu lama mendekam di rumah saja. Tidak ada yang bisa dilakukan. Dan saya yakin, sebagai seorang pria dan kepala keluarga, pasti dia merasa ada sedikit beban dan perasaan bertanggung jawab untuk menghasilkan sesuatu untuk keluarga.

Yah terdengar terlambat memang, malahan tanggal 9 April ini, beliau sudah akan berumur 56 tahun, yang notabene merupakan umur ideal untuk seorang pensiunan. Tapi apa boleh buat, beliau baru memulai lagi kehidupannya. Dan buat saya, tidak ada kata "terlambat."

Memang yang cukup berat adalah, menghadapi fakta bahwa dia akan berada sedikit jauh dari rumah. Dia akan tinggal di Karawang. Dan mungkin akan pulang ke rumah dalam kurun waktu tertentu. Sekitar sebulan sekali. Di samping itu, saya juga mengkuatirkan kondisi papa yang sudah berumur. Saya tidak ingin papa menjadi terganggu kesehatannya dengan keputusannya ini. Hal ini yang juga menjadi concern adik-adikku. Namun setelah kupikir lebih jauh, sepertinya ini bisa menjadi solusi juga. Tingkat stress yang dimiliki-nya bila sedang berada di rumah (tanpa aktivitas) akan cukup tinggi dibandingkan dia bisa mengerjakan sesuatu yang bisa mengisi hari-hari tuanya. Jadi, kami setuju dan mendukung. Dengan catatan, papa tidak boleh melakukan pekerjaan kasar yang mudah mengganggu kesehatannya.

Hingga hari ini...
Yah sampai saat ini, malah saya mendapat hasil yang cukup positif. Di kala kami sesekali menelpon papa, beliau terdengar cukup senang. Sesekali dia melemparkan lelucon. Dan yang penting adalah tidak ada tekanan lagi yang dirasakan oleh mama. Saat mereka berdua suka bertelepon pun saya sering mencuri dengar dan saya cukup senang mendengar mama seringkali tertawa senang dan terpingkal-pingkal. So... why so worry about that... Malah yang sekarang jadi concern-ku adalah Mama. Manakala saya dan Rio sedang bekerja, Lia sedang kuliah, maka Mama akan sendirian di rumah. Yah semoga ini cuma ketakutan-ketakutan normal saja. Saya yakin Tuhan jaga dia juga di rumah.

Good luck, Dad!! I know you've plans, something for us to achieve. I wish you nothing but the best, Dad.

Love from your eldest son,
Steven