Thursday, December 18, 2014

I Love Her Even More

Today, I take my wife to hospital for curette procedure. In the latest few days we have been encouraged by the story that this phase is not a dangerous one. So, we proceed it today and I still can remember clearly how my wife held on the pain for the cure she had. And after the cure, she cried, and she told me that she was afraid. Oh my God, I can't stand to see her cry like that. That was even more painful to me.

Now, as I am writing this post, she is proceeding the curette procedure in the surgery room. I can't come in and look. I will just stay outside now and share this feeling in this post. And of course, I am praying.

God, due to all of these overwhelming incidents and situations, I am begging for the success of the procedure. I am kneeling down and begging for your generous love to give a one hundred percent recovery to my wife. Please let alone my private concern, and let my wife becomes priority now. I love her, and even more after all of these things. There's no more I can do now... I pray for the best to my wife now, and wait for another couple hours for her to comeback from the procedure.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, December 15, 2014

Sekali Lagi

Sekitar tiga minggu lalu kami sangat bergembira karena ternyata istriku positif hamil anak pertama kami. Keluarga dekat kami sangat senang dengan kabar ini. Begitu juga dengan kami berdua. Banyak hal yang sudah kami pikirkan dan rencanakan untuk kelahiran anak kami. Walaupun ternyata memang masih ada resiko dari kista dan virus tokso dan rubella yang ada pada istriku.

Namun semua berubah mendadak pada hari Sabtu kemarin. Sepulang dari dinas selama seminggu di Sumatera, aku langsung menemani istriku untuk melakukan pemeriksaan rutin terhadap kandungan istriku. Dan sungguh sangat mengejutkan karena setelah diperiksa dengan seksama oleh dokter kandungan, ternyata janin yang tumbuh tidak terdapat detak jantung, sehingga dokter menyarankan untuk dikuret. Seketika jantung ini rasanya berhenti, dada rasanya sesak dan kami tidak bisa berkata apa-apa. Istriku menangis dan terus meratap.

Sepulang dari dokter kandungan yang pertama, kami berdua berjalan menuju parkiran dan di situ saya sangat sangat sedih sekali mendengar istriku meratap; "salahnya apa... salahnya di mana??"

Ya Tuhan... Sungguh saat itu benar-benar saat tersedih yang pernah kurasakan dari istriku. Aku gak tau harus berbuat apa, karena aku juga larut dalam sedihnya.

Kemudian kami menemui dokter lain hanya untuk mencari pendapat lainnya. Dan ternyata diagnosanya sama. Kami hanya pasrah. Hancur rasanya.

Sekali lagi, kami diberi cobaan.
Sungguh kami gak bisa apa-apa. Ini kehendak-Nya. Kami hanya mohon dikuatkan dan diyakinkan bahwa ini belum waktunya. Kami mohon supaya kami tetap sadar, teguh, dan kuat menghadapi guncangan ini. Sungguh ini sangat berat untuk kami.

Saat ini, aku gak minta apa-apa ya Tuhan. Namun, aku tetap berharap jalan yang terbaik dari-Mu. Bila memang Kau ijinkan, biarlah mujizat terjadi, tapi aku tidak menuntut, ya Allah.

Sekali lagi, kumohon teguhkan iman kami dan janji setia kami atas pernikahan kami. Di dalam masa-masa ini, kami berharap malaikat-Mu yang selalu mendampingi kami, penyertaan-Mu dan Bunda Maria yang kami sangat hormati.

Mohon maaf kalau kami kurang yakin dan seringkali menyakiti hati Tuhan, Yesus, dan Bunda Maria.

Sekali lagi, kami serahkan segala hidup kami, rencana dan karya kami, sedih dan senang kami. Kuatkan kami ya Tuhan.