Friday, September 30, 2011

Rinduku untuk Kakek-Nenekku

Jadi sejak Sabtu kemarin tanggal 17 Sep 2011, saya sudah tidak memiliki kakek nenek lagi. Ya... dari kedua orang tua saya. Yang terakhir adalah nenek saya dari mama. Jadi salah satu target saya sudah gagal: "menjadi cucu yang berbakti." Dulu saya sempat berikrar supaya suatu waktu saya bisa membalas kebaikan keempat kakek nenek saya dengan cara apapun. Dan lagi, dulu saya selalu berharap, jikalau memang sudah waktunya mereka dipanggil Tuhan, saya ingin ada di samping mereka. Tapi kenyataannya, tidak satupun.

EMAK-ENGKONG (dari mama)

Jadi yang baru meninggal adalah EMAK. Dia terkena infeksi paru-paru. Untungnya saya sempat bertemu beberapa hari sebelum beliau tiada. Sungguh sebuah sentuhan batin bila berada dekat dengan orang yang disayangi, dan kita tahu sebenarnya kalau kita akan berpisah dengannya dalam waktu dekat. Ya, saya benar-benar merasakan itu. Yang saya sesalkan adalah saya belum bisa memberikan apa-apa sama beliau. Cuma beberapa kali kalau saya ada lebih dari hasil tabungan saya, maka saya akan berikan, seperti saat Hari Raya Imlek. Dan tentunya saya gak akan melupakan kalau beliau adalah pembuat ayam goreng terbaik yang pernah ada. Dan di atas semuanya itu, kehangatannya sungguh luar biasa.

Begitu juga dengan ENGKONG, yang lebih dulu dipanggil Tuhan beberapa tahun lalu. Beliau adalah sosok penyayang, sabar dan baik. Saya juga sempat menjenguk beberapa hari sebelum beliau tiada. Sungguh tidak akan kulupa sepeda ontel yang dimilikinya. Hahaha... Dan tentunya dia berperan besar untuk kuliah saya dulunya. Saat itu saya semester kedua jurusan IT di Binus. Sebagai seorang mahasiswa IT, saya belum punya komputer di rumah. Ya... dan dia orang yang membelikan saya komputer tersebut. Waktu itu tengah hari, beliau tanpa pikir panjang langsung ke atm dan mengambil sejumlah uang dan memberikan ke saya untuk dibelikan komputer. Sekali lagi, saya tidak bisa balas apa-apa. Cuma foto wisuda yang diminta olehnya sebagai penghias dinding rumahnya.

PHOPHO-KUNGKUNG (dari papa)

Sejak kecil PHOPHO dan KUNGKUNG adalah sosok yang berperan dalam kehidupan saya. Mereka yang merawat dan menjaga saya selama papa dan mama kerja. Sekolah diantar-jemput oleh Kungkung naik sepeda mini. Pulang disuapi makan siang, tidur siang dikeloni, dan diurus oleh Phopho. Jalan-jalan sore naik sepeda sama Kungkung. Yah pokoknya bisa dibilang saya menghabiskan waktu sama mereka lebih banyak ketimbang dengan kedua orang tua saya.

Yang tidak mungkin saya lupa dari Phopho adalah kedisiplinan dalam mendidik. Beliau adalah sosok tegas, keras, dan galak. Saya cukup "kenyang" dipukuli kalau agak rewel saat makan dan tidur siang. Kemoceng dan ban pinggang adalah benda-benda yang biasanya "mampir" ke pantat saya. Sungguh miris rasanya saat saya harus menerima kenyataan saat masih duduk di smp, dan mendapati beliau sudah tiada tanpa ada tanda-tanda tertentu. Waktu itu saya sangat terkejut dan sedih sekali. Saya tidak akan pernah lupa akan beliau. Beliau buta huruf, tapi mampu mendidik anak-anak dan cucunya hingga seperti saat ini. Tidak ada pencapaian yang lebih baik dari itu kurasa. Terlebih, dia adalah koki yang SANGAT HANDAL. Ya, saya rasa dia yang terbaik dan terbersih. Semua bahan dia olah sendiri dan semuanya ENAK. Saya tidak bohong. Dan hingga di saat terakhirnya beliau akhirnya menghadiahi kami rumah yang kami tinggali hingga kini. Terima kasih, Pho.

Kungkung adalah orang yang baik dan sangat perhatian dengan anak dan cucunya. Saya juga menyesal tidak berada di sisinya di saat terakhirnya. Lucunya... beliau adalah pelupa hal-hal yang baru saja terjadi, tetapi beliau ingat pasti tanggal lahir masing-masing anak, tanggal saat beliau exodus dari bangka ke jakarta, umur anak-anaknya saat exodus ke jakarta dengan menggunakan perahu dari Bangka. Beliau ingat kapan saat usahanya goyah diguncang peristiwa G30S-PKI. Beliau ingat tanggal pasti saat ia dan phopho menentukan untuk tetap di indonesia walau keselamatan mereka terancam. Yah dan masih banyak lagi yang ia ceritakan kepadaku selama ini. Yah memang diantara keempat kakek nenek ku, kungkung dan phopho lah yang paling dekat. Dan saya akan tetap simpan harmonika yang kungkung berikan padaku. Walau belum pernah kumainkan dengan serius, nanti pasti akan kucoba.

Saya mengutip dari teman saya: "Sangat menyenangkan jadi orang hebat, tapi lebih hebat jadi orang menyenangkan."
Bagi saya, keempat kakek nenek saya adalah orang yang sangat menyenangkan, baik bagi keluarganya maupun bagi orang di sekitarnya. Terbukti saat setiap kali iring-iringan menuju tempat peristirahatan mereka terakhir, sedikitnya 20-30 mobil yang mengiringi kepergian mereka. Dan yang terakhir adalah saat Emak meninggal, kurang lebih ada 30-40 mobil yang mengiringi.

Semoga kegagalanku terhenti sampai di sini. Aku ingin membahagiakan orang-orang di sekitarku dan membalas semua kebaikan mereka. Aku sudah kehilangan generasi tertuaku, aku akan berusaha untuk yang terbaik bagi generasi selanjutnya.

Monday, September 12, 2011

bodoh

Setiap harinya... semakin jelas. Saya pun semakin sadar kalau ternyata semakin saya merasa banyak mengetahui segala hal, semakin saya tidak tahu apa-apa. Dan semuanya sudah terjadi di belakang saya. Bukan... ini bukan "menusuk dari belakang", tapi semuanya karena kecongkakan diriku sendiri. Kukira kutahu semuanya, tapi ternyata saya tertelan oleh ceritanya, cerita mereka, mereka - yang sangat dekat sekalipun.

Ya sudahlah... aku tetap hidup...